Kamis, 26 April 2012

DIABETES MELLITUS GESTASIONAL


Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) adalah DM yang disebabkan karena kehamilan. Pada masa kehamilan terjadi gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita DM tersebut mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG tidak memperlihatkan gejala (asimtomatis) sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin.



PENYEBAB DIABETES MELLITUS GESTASIONAL
Disebabkan karena kelenjar pankreas tidak mampu menghasilkan insulin yang cukup untuk mengkontrol gula darah (glukosa) wanita hamil tersebut pada tingkat yang aman bagi dirinya maupun janin yang dikandungnya. Diagnosis dilakukan berdasarkan pemeriksaan darah yang menunjukkan wanita hamil tersebut mempunyai kadar gula yang tinggi dalam darahnya dimana ia tidak pernah menderita diabetes sebelum kehamilannya.
Wanita yang beresiko menderita DM gestasional adalah wanita usia >30 tahun, hipertensi, Umur lebih dari 30 tahun , Obesitas dengan indeks massa tubuh 30 kg/m2. riwayat DM pada keluarga, pernah menderita DM gestasional sebelumnya. pernah melahirkan anak besar > 4.000 gram, adanya glukosuria, riwayat bayi cacat bawaan, riwayat bayi lahir mati, riwayat keguguran, riwayat infertilitas, dan hipertensi.


Gejala Klinis Diabetes Melitus
Mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal. Jika hiperglikemianya parah dan melebihi ambang ginjal, maka timbul glukosuria. Glukosuria ini akan mengakibatkan dieresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran kemih (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia). Karena glukosa hilang bersama kemih, maka pasien mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia) mungkin akan timbul sebagai akibat kehilangan kalori. Pasien mengeluh lelah dan mengantuk.
efek diabetes gestasional
    * Si ibu mempunyai resiko tinggi untuk menderita hipertensi selama kehamilannya.












    * Janin mempunyai berat yang berlebihan, menyebabkan kesulitan untuk melahirkan.
Setelah persalinan, bayi akan mengalami masa hipoglikemia (kadar gula darah lebih rendah dari normal), kadar kalsium yang rendah, kadar bilirubin darah yang tinggi atau kesulitan bernapas.

Meski kebanyakan, kasus akan menghilang segera setelah bayi dilahirkan. Tapi bagaimanapun juga, wanita-wanita yang menderita diabetes gestasional mempunyai resiko tinggi untuk mengalami diabetes gestasional lagi pada kehamilan berikutnya, dan juga 17 %- 63 % dari mereka akan mengalami perubahan dan berkembang menjadi diabetes tipe 2 dalam 5 hingga 16 tahun.

Tanda-tanda diabetes gestasional
1.  Kadar gula darahnya meningkat ketika masa kehamilan
2.  Biasanya bayi yang dilahirkan berukuran besar atau giant baby

Penyebab diabetes gestasional
1.  terlalu banyak makan-makanan berkalori tinggi atau makanan manis
2.  Ibu mengalami kelebihan berat badan atau obesitas
3.  Mempunyai riwayat kesehatan, pernah mengalami diabetes gestasional
4.  Menjaga glikosuria
5. Memiliki riwayat keluarga penderita diabetes gestasional




Pencegahan diabetes gestasional




1.  Mengurangi makan-makanan manis
2.  Menjaga jumlah asupan makanan terutama ketika trisemester ketiga kehamilan agar berat badan tidak bertambah, akan tetapi ibu hamil tidak boleh sampai kekurangan makanan
3.  Berolahraga dengan teratur serta melakukan aktivitas fisik dari mulai yang ringan hingga sedang sehingga kalori yang tidak diperlukan dalam tubuh akan terbakar dengan sendirinya.

PREEKLAMPSIA


A. Pengertian Preeklampsia

Pre-eklampsia merupakan penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,edema,dan proteinuria yang timbul karena kehamilan, preeklampsia juga disebut sebagai keracunan dalam kehamilan hal seperti ini juga disebut sebagai toxemia atau pregnancy induced hypertension (PIH), dimana tekanan darah meningkat selama masa kehamilan yaitu 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir trimester kedua sampai trimester ketiga) atau bisa lebih awal terjadi.




                    B. Etiologi

Penyebab preeklamsia secara pasti belum di ketahui. Teori yang bayak di kemukakan sebagai penyebabnya adalah adalah iskemia plasenta atau kurangnya sirkulasi O2 ke plasenta.
faktor predisposisi atau terjadinya preeklamsia dan eklampsia, antara lain:
1. Diabetes militus
2. Gangguan ginjal kronik
3. Hipertensi
4. Molahydatidosa
5. Polyhydramnion
6. Primi grapida tua


C. Patofisiologi
Preeklamsia ringan jarang sekali menyebabkan kematian. Tidak ada perubahan yang khas pada preeklamsia. Perdarahan, dan trombosis pembuluh darah kecil pada penyakit ini dapat ditemukan didalam berbagai alat tubuh. Perubahan tersebut mungkin sekali disebabkan oleh vasospasmus arteriol. Penimbunan fibrin dalam pembuluh darah merupakan faktor yang juga penting dalam patogenesis kelainan-kelainan tersebut

           Perubahan pokok yang didapatkan pada preeklampsia adalah spasmus pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada beberapa kasus lumenarteriol demikian kecilnya, sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah saja. Tekanan darah yang meningkat merupakan usaha mengatasi kenaikan tekanan perifer, agar oksigenasi jaringan dapat tercukupi. Kenaikan berat badan dan edema karena penimbunan cairan yang berlebihan dalam ruang interstisial belum diketahui sebabnya. Pada preeklampsia dijumpai kadar aldosteron yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi dari pada kehamilan normal.
Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi air dan natrium. Pada preeklamsia permeabelitas pembuluh darah terhadap protein meningkat.
Menurunnya aliran darah memberikan dampak kepada organ-organ tubuh. Pada plasenta, menurunnya aliran darah mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi yang agak lama, pertumbuhan janin terganggu. Pada hipertensi yang lebih pendek bisa terjadi gawat janin sampai kematiannya karena kekurangan oksigenasi.


       Kurangnya darah ke ginjal mengakibatkan filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan yang penting adalah dalam hubungan dengan proteinuria serta dengan retensi garam dan air. Filtrasi glomerulus menurun sampai 50% dari normal, sehingga menyebabkan diuresis turun, pada keadaan lanjut dapat terjadi olliguri atau anuria.

             Pada preeklampsia tampak edema retina , spasmus setempat atau menyeluruh pada satu atau beberapa arteri . Diplopia dan ambliopia pada kasus preeklampsia merupakan gejala yang menunjukkan akan terjadinya eklampsia. Hal ini disebabkan oleh perubahan aliran darah pusat penglihatan di korteks serebri.

             Edema paru merupakan sebab utama kematian penderita preeklampsia dan eklampsia. Komplikasi ini biasanya disebabkan oleh dekompensasi kordis kiri. Hemokonsentrasi yang tinggi pada preeklampsia dan eklampsia tidak diketahui sebabnya. Terjadi pergeseran air dari ruang intravaskular ke ruang interstisial. Terjadi peningkatan hemotokrit, peningkatan protein serum, dan bertambahnya edema menyebabkan volume darah berkurang, viskositas darah meningkat, dan waktu peredaran arah akan lebih lam. Aliran darah ke berbagai bagian tubuh berkurang mengakibatkan hipoksia.


D. Gejala Preeklampsia

Secara klinis, gejala-gejala preeklampsia adalah:
Preeklampsia Ringan
Preeklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau oedema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah kehamilan.
- Tekanan darah yang tinggi (melebihi 130/90 mmHg).
-  Terjadi pembengkakan di daerah kaki dan tungkai.
-       Retensi air.
-       Kadar protein tinggi dalam urin karena gangguan ginjal. Gejala preeklampsia ringan menunjukkan angka kadar protein urin yang tinggi, yaitu lebih dari 500 mg per 24 jam.

Preeklampsia Berat
Preeclampsia berat adalah suatu komplikasi yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan atau oedema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
-       Pembengkakan di seluruh tubuh. Pembengkakan ini terjadi akibat pembuluh kapiler bocor, sehingga air yang merupakan bagian sel merembes dan masuk ke dalam jaringan tubuh dan tertimbun di bagian tertentu.
-       Kenaikan berat badan lebih dari 1,36 kg setiap minggu selama trimester kedua, dan lebih dari 0,45 kg setiap minggu pada trimester ketiga.







-       Sakit kepala
















-       Pandangan kabur.
-       Tidak dapat melihat cahaya yang terang.
-       Kelelahan.
-       Mual/muntah.
-       Sedikit buang air kecil (BAK).
-       Sakit di perut bagian kanan atas.
-       Napas pendek dan cenderung mudah cedera.

E. AKIBAT PREEKLAMPSIA PADA JANIN

Preeklampsia dapat menyebabkan gangguan peredaran darah pada plasenta. Hal ini akan menyebabkan berat badan bayi yang dilahirkan relatif kecil. Selain itu, preeklampsia juga dapat menyebabkan terjadinya kelahiran prematur dan komplikasi lanjutan dari kelahiran prematur yaitu keterlambatan belajar, epilepsi, sereberal palsy, dan masalah pada pendengaran dan penglihatan.


F. PENANGANANNYA

-          Pemantauan TTV
Rasional :Dengan memanatu TTV dan pengisian kapiler dapat dijadikan pedoman untuk penggantian cairan atau menilai respon dari kardiovaskular.
-           Memantau atau menimbang berat badan ibu.
Rasional :Dengan memantau berat badan ibu dapat diketahui berat badan yang merupakan indikator yang tepat untuk menentukan keseimbangan cairan.
-          Observasi keadaan edema
Rasional :Keadaan edema merupakan indikator keadaan cairan dalam tubuh.
-           Berikan diet rendah garam sesuai hasil kolaborasi dengan ahli gizi.
Rasional :Diet rendah garam akan mengurangi terjadinya kelebihan cairan.
-          Kolaborasi untuk pemberian terapi diuretika.

Rrasional :Kelebihan beban atau kegagaln sirkulasi dapat menyebabkan edema pulmoner yang memerlukan terpi agresif. Sebaliknya, hal ini dikontra indikasikan bila ini mungkin menyebabkan dehidrasi.
-          melakukan diet preeklampsia.



Selasa, 24 April 2012

BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)











1. Pengertian BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram), BBLR dapat dibedakan menjadi :
  1. Bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500gr- 2500gr
  2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir <1500gr
  3. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) berat lahir <1000gr











2. Etiologi Terjadinya BBLR
a. factor ibu
- Gizi ibu hamil yang kurang
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat memengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia. Intra partum (mati dalam kandungan) lahir dengan berat badan rendah (BBLR). Indikator lain untuk mengetahui status gizi ibu hamil adalah dengan mengukur LLA. LLA adalah Lingkar Lengan Atas. LLA kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi yang kurang/ buruk. Ibu berisiko untuk melahirkan anak dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
- Umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

Kelahiran bayi BBLR lebih tinggi pada ibu-ibu muda berusia kurang dari 20 tahun. Remaja seringkali melahirkan bayi dengan berat lebih rendah. Hal ini terjadi karena mereka belum matur dan mereka belum memiliki sistem transfer plasenta seefisien wanita dewasa. Pada ibu yang tua meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat memengaruhi janin intra uterin dan dapat menyebabkan kelahiran BBLR. Faktor usia ibu bukanlah faktor utama kelahiran BBLR, tetapi kelahiran BBLR tampak meningkat pada wanita yang berusia di luar usia 20 sampai 35 tahun.
- Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan mengalami peningkatan risiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
-Paritas ibu
Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah.


- Penyakit menahun ibu seperti hypertensi, jantung, ganguan pembuluh darah (perokok)


1. Asma bronkiale
2. Infeksi saluran kemih dengan bakteriuria tanpa gejala (asimptomatik)
3. Hipertensi
4. Gaya hidup

b. Faktor kehamilan
             - Hamil dengan hydramnion
Hidramnion atau kadang-kadang disebut juga polihidramnion adalah keadaan di mana banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc. Hidramnion harus dianggap sebagai kehamilan dengan risiko tinggi karena dapat membahayakan ibu dan anak.
- Hamil ganda





Berat badan satu janin pada kehamilan kembar rata-rata 1000 gram lebih ringan daripada janin kehamilan tunggal. Berat badan bayi yang baru lahir umumnya pada kehamilan kembar kurang dari 2500 gram. Suatu faktor penting dalam hal ini ialah kecenderungan terjadinya partus prematurus.




- Perdarahan antepartum
Perdarahan antepartum merupakan perdarahan pada kehamilan diatas 22 minggu hingga mejelang persalinan yaitu sebelum bayi dilahirkan. Komplikasi utama dari perdarahan antepartum adalah perdarahan yang menyebabkan anemia dan syok yang menyebabkan keadaan ibu semakin jelek. Keadaan ini yang menyebabkan gangguan ke plasenta yang mengakibatkan anemia pada janin bahkan terjadi syok intrauterin yang mengakibatkan kematian janin intrauterine. Bila janin dapat diselamatkan, dapat terjadi berat badan lahir rendah, sindrom gagal napas dan komplikasi asfiksia.
- preeklamsi dan eklampsi
Pre-eklampsia/ Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan janin dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan karena Pre-eklampsia/Eklampsia pada ibu akan menyebabkan perkapuran di daerah plasenta, sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksigen dari plasenta, dengan adanya perkapuran di daerah plasenta, suplai makanan dan oksigen yang masuk ke janin berkurang.


- ketuban pecah dini
Ketuban Pecah Dini (KPD) disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran yang diakibatkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Pada persalinan normal selaput ketuban biasanya pecah atau dipecahkan setelah pembukaan lengkap, apabila ketuban pecah dini, merupakan masalah yang penting dalam obstetri yang berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi ibu.
c. Faktor janin

- Cacat bawaan / kelainan congenital
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah dengan kelainan kongenital yang mempunyai berat kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya .
 - infeksi dalam rahim
            Infeksi hepatitis terhadap kehamilan bersumber dari gangguan fungsi hati dalam mengatur dan mempertahankan metabolisme tubuh, sehingga aliran nutrisi ke janin dapat terganggu atau berkurang. pengaruh infeksi hepatitis menyebabkan abortus atau persalinan prematuritas dan kematian janin dalam rahim. Wanita hamil dengan infeksi rubella akan berakibat buruk terhadap janin. Infeksi ini dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah, cacat bawaan dan kematian janin.
3. Ciri-ciri BBLR
       Manuaba (1998) mengemukakan bayi berat badan lahir rendah mempunyai karakteristik sebagai berikut :

  1. Berat badan kurang dari 2500 gr
  2. Panjang badan kurang dari 45 cm
  3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
  4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
  5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
  6. Kepala relatif besar
  7. Kulit tipis,transparan,rambut lanugo banyak,lemak kulit kurang
  8. Otot hypotonic lemah
  9. Pernafasan tidak teratur dapa terjadi apnea
  10. Ekstremitas abduksi,sendi lutut /kaki fleksi lurus
  11. Frekuensi nadi 100 sampai 140 kali per menit
4. Penyakit – penyakit yang berhubungan dengan BBLR
     

  1. Sindrom gangguan pernafasan (penyakit membrane haihis)
  2. Pneumonia aspirasi,karena reflek menelan dan batuk belum sempurna
  3. Pernafasan spontan dalam ventrikel otak lateral akibat anoksia otak (erat kaitannya dengan gangguan pernafasan)
  4. Hyperbilirubinemia atau ikterus karena fungsi hati belum matang
  5. Hypotermia
6.       Hipoglikemia
7.       Infeksi
8.       Perdarahan intracranial

5. Penanganan dan Perawatan BBLR
      Adapun penanganan yang dapat dilakukan pada BBLR yaitu:
-          Mempertahankan suhu dengan ketat
   BBLR mudah mengalami hypothermia ,oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat.
-          Mencegah infeksi dengan ketat
   BBLR sangat rentan akan infeksi perhatikan prinsip- prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.
-          Pengawasan nutrisi/ASI
Reflek menelan BBLR belum sempurna, oleh karena itu pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat
-          Penimbangan ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/ nutrisi bayi yang erat kaitannya dengan daya tahan tubuh.Oleh karena itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
Adapun Perawatan BBLR adalah:
Yang perlu diperhatikan adalah pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan siap sedia dengan tabung oksigen.-
-    pengaturan suhu lingkungan-
-    Makanan bayi berat badan lahir rendah

6. Kebutuhan nutrisi bblr
Kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120-550 ml/kg/hari atau 100-120 cal/kg/hari. Pemberian dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan bayi untuk sesegera mungkin mencukupi kebutuhan cairan atau kalori.
Kebutuhan parentral :
  • Bayi BBLR D 5%
  • Bayi BBLR > 1500 gr menggunakan
Kebutuhan nutrisi enteral
  • BB 24 kali/ 24 jam
  • BB 1250 = 12 kali / 24 jam
  • BB >2000 gr = 8 kali / 24 jam
Kebutuhan minum pada neonatus
  • Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari
  • Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari
  • Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari
  • Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari




Minggu, 22 April 2012

ANEMIA DALAM KEHAMILAN


        

           Anemia dalam kandungan ialah kondisi ibu dengan kadar Hb < 11,00 gr%. Pada trimester I dan III atau kadar Hb < 10,50 gr% pada trimester II. Karena ada perbedaan dengan kondisi wanita tidak hamil karena hemodilusi terutama terjadi pada trimester II (Sarwono P, 2002).




1. Etiologi Terjadinya Anemia


Menurut Mochtar (1998), disebutkan bahwa penyebab terjadinya anemia adalah :
 1. Kurang Gizi (Mal Nutrisi)
Disebabkan karena kurang nutrisi kemungkinan menderita anem
 2. Kurang Zat Besi Dalam Diet
 Diet berpantang telur, daging, hati atau ikan dapat membuka kemungkinan menderita   anemia karena diet.

3. Mal Absorbsi
             Penderita gangguan penyerapan zat besi dalam usus dapat menderita anemia. Bisa terjadi karena gangguan pencernaan atau dikonsumsinya substansi penghambat seperti kopi, teh atau serat makanan tertentu tanpa asupan zat besi yang cukup. Kehilangan banyak darah : persalinan yang lalu, dan lain-lain.
               Semakin sering seorang anemia mengalami kehamilan dan melahirkan akan semakin banyak kehilangan zat besi dan akan menjadi anemia. Jika cadangan zat besi minimal, maka setiap kehamian akan menguras persediaan zat besi tubuh dan akan menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya.
4.Penyakit-Penyakit Kronis
       Penyakit-penyakit kronis seperti : TBC Paru, Cacing usus, dan Malaria dapat menyebabkan anemia.

2. Patofisiologi
           Darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Namun bertambahnya sel-sel darah adalah kurang jika dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Di mana pertambahan tersebut adalah sebagai berikut : plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%.
       Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita hamil tersebut. Pengenceran ini meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil, karena sebagai akibat hipervolemia tersebut, keluaran jantung (cardiac output) juga meningkat. Kerja jantung ini lebih ringan apabila viskositas darah rendah. Resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik.
       Frekuensi ibu hamil dengan anemia di Indonesia relatif tinggi, yaitu 63,5%, sedangkan di Amerika Serikat hanya 6%. Kekurangan gizi dan perhatian yang kurang terhadap ibu hamil merupakan predisposisi anemia defisiensi besi ibu hamil di Indonesia. Menurut WHO, 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut, bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi.

        Kebutuhan ibu selama kehamilan adalah 800 mg besi, di mana 300 mg untuk janin plasenta dan 500 mg untuk pertambahan eritrosit ibu. Dengan demikian ibu membutuhkan tambahan sekitar 2-3 mg besi/hari. Terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan anemia defisiensi besi, misalnya : infeksi kronik, penyakit hati, dan thalasemia.
           Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Penyulit-penyulit yang dapat timbul akibat anemia adalah : keguguran (abortus), kelahiran prematur, persalinan yang lama akibat kelelahan otot rahim di dalam berkontraksi (inersia uteri), perdarahan pasca melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot rahim (atonia uteri), syok, infeksi baik saat bersalin maupun pasca bersalin, serta anemia yang berat (<4 gr%) dapat menyebabkan dekompensasi kordis. Di samping itu, hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian pada ibu pada persalinan yang sulit, walaupun tidak terjadi perdarahan.
       Anemia dalam kehamilan juga memberikan pengaruh kurang baik bagi hasil pembuahan (konsepsi) seperti : kematian mudigah, kematian perinatal, bayi lahir prematur, dapat terjadi cacat bawaan, dan cadangan besi yang kurang. Sehingga anemia dalam kehamilan merupakan sebab potensial kematian dan kesakitan pada ibu dan anak.

        Anemia dalam kehamilan dapat dibagi sebagai berikut : anemia defisiensi besi, anemia megaloblastik, anemia hipoplastik, dan anemia hemolitik. Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang paling sering dijumpai dalam kehamilan. Anemia akibat kekurangan zat besi ini disebabkan karena kurang masuknya unsur besi dalam makanan, gangguan penyerapan, gangguan penggunaan, dan karena terlalu banyak zat besi keluar tubuh, misalnya pada perdarahan.
           Keperluan terhadap zat besi bertambah dalam kehamilan, terutama dalam trimester terakhir. Apabila masuknya zat besi tidak ditambah dalam kehamilan, maka akan sangat mudah untuk terjadinya anemia defisiensi besi, terutama pada kehamilan kembar. Untuk daerah khatulistiwa seperti Indonesia, zat besi lebih banyak keluar melalui air peluh dan melalui kulit.

3. Gejala dan Tanda

         Ibu hamil dengan keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, dengan tekanan darah dalam batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi besi. Dan secara klinis dapat dilihat tubuh yang pucat dan tampak lemah (malnutrisi).
1. Gejala Yang Sering Terjadi
Kelelahan dan kelemahan umum dapat merupakan satu-satunya gejala kapasitas oksigen. Banyak pasien asimtomatik, bahkan dengan anemia derajat sedang.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu anemia refrakter, sering infeksi atau kolelitiasis atau riwayat keluarga anemia menggambarkan kemungkinan Hemoglobinopati genetik.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan umum : Takikardi, takipnea, dan tekanan nadi yang melebar merupakan mekanisme kompensasi untuk meningkatkan aliran darah dan pengangkutan oksigen ke organ utama. Ikterus dapat dilihat pada anemia hemolitik. Gambaran fisik lain yang menyertai anemia berat meliputi kardiomegali, bising, hepatomegali dan splenomegali.

4.Tes Laboratorium
Hitung sel darah merah dan asupan darah : untuk tujuan praktis maka anemia selama kehamilan dapat didefinisikan sebagai Hb < 10,00 atau 11,00 gr% dan hemotokrit < 30,00-33,00%. Asupan darah tepi memberikan evaluasi morfologi, eritrosit, hitung jenis leukosit dan perkiraan kekuatan trombosit (Taber, 1994).
Wanita hamil cenderung terkena anemia pada 3 bulan terakhir, karena pada masa itu janin menimbun cadangan zat besi untuk diri sendiri sebagai persediaan bulan pertama sesudah lahir.

 Klasifikasi anemia menurut Setiawan Y (2006), anemia dalam kehamilan dapat dibagi menjadi :
   1 Anemia Zat Besi (kejadian 62,30%)
Anemia dalam kehamilan yang paling sering ialah anemia akibat kekurangan zat besi. Kekurangan ini disebabkan karena kurang masuknya unsur zat besi dalam makanan, gangguan reabsorbsi, dan penggunaan terlalu banyaknya zat besi.
  2 Anemia Megaloblastik (kejadian 29,00%)
Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi asam folat.
  3 Anemia Hipoplastik (kejadian 80,00%)
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah merah. Dimana etiologinya belum diketahui dengan pasti kecuali sepsis, sinar rontgen, racun dan obat-obatan.
 4 Anemia Hemolitik (kejadian 0,70%)
Anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat, yaitu penyakit malaria.
 5 Anemia Lain

Pembagian anemia berdasarkan pemeriksaan hemoglobin menurut Manuaba (2007), adalah :
1. Tidak anemia : Hb 11,00 gr%
2. Anemia ringan : Hb 9,00-10,00 gr%
3. Anemia sedang : Hb 7,00-8,00 gr%
4. Anemia berat : Hb < 7,00 gr%

5. Komplikasi Anemia Dalam Kehamilan

 Komplikasi anemia dalam kehamilan memberikan pengaruh langsung terhadap janin, sedangkan  pengaruh komplikasi pada kehamilan dapat diuraikan, sebagai berikut :

  1 Bahaya Pada Trimester I
Pada trimester I, anemia dapat menyebabkan terjadinya missed abortion, kelainan congenital, abortus / keguguran.


 2 Bahaya Pada Trimester II
Pada trimester II, anemia dapat menyebabkan terjadinya partus premature, perdarahan ante partum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai kematian, gestosis dan mudah terkena infeksi, dan dekompensasi kordis hingga kematian ibu.
 3 Bahaya Saat Persalinan
Pada saat persalinan anemia dapat menyebabkan gangguan his primer, sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dengan tindakan-tindakan tinggi karena ibu cepat lelah dan gangguan perjalanan persalinan perlu tindakan operatif (Mansjoer dkk, 2008).

6. Penatalaksanaan Anemia Kehamilan


       Menurut Setiawan Y (2006), dijelaskan bahwa pencegahan dan terapi anemia pada kehamilan berdasarkan klasifikasi anemia adalah sebagai berikut :
1. Anemia Zat Besi Bagi Wanita Hamil
Saat hamil zat besi dibutuhkan lebih banyak daripada saat tidak hamil. Pada kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta, kebutuhan zat besi pada setiap trimester berbeda. Terutama pada trimester kedua dan ketiga wanita hamil memerlukan zat besi dalam jumlah banyak, oleh karena itu pada trimester kedua dan ketiga harus mendapatkan tambahan zat besi. Oleh karena itu pencegahan anemia terutama di daerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi sebaiknya wanita hamil diberi sulfas ferrossus atau glukonas ferrosus, cukup 1 tablet sehari, selain itu wanita dinasihatkan pula untuk makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang banyak mengandung mineral serta vitamin. Terapinya adalah oral (pemberian ferro sulfat 60 mg / hari menaikkan kadar Hb 1,00 gr% dan kombinasi 60 mg besi + 500 mcg asam folat) dan parenteral (pemberian ferrum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 2 x 50 ml gr diberikan secara intramuskular pada gluteus maksimus dapat meningkatkan Hb relatif lebih cepat yaitu 2,00 gr% (dalam waktu 24 jam). Pemberian parentral zat besi mempunyai indikasi kepada ibu hamil yang terkena anemia berat). Sebelum pemberian rencana parenteral harus dilakukan test alergi sebanyak 0,50 cc / IC.

2. Anemia Megaloblastik
Pencegahannya adalah apabila pemberian zat besi tidak berhasil maka ditambah dengan asam folat, adapun terapinya adalah asam folat 15-30 mg / hari, vitamin B12 1,25 mg / hari, sulfas ferrosus 500 mg / hari, pada kasus berat dan pengobatan per oral lambat sehingga dapat diberikan transfusi darah.


3. Anemia Hipoplastik

        Anemia hipoplastik ini dianggap komplikasi kehamilan dimana pengobatan adalah tranfusi darah.
4. Anemia Hemolitik
Pengobatan adalah tranfusi darah.
5. Anemia Lain
Dengan pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan yaitu pada trimester I dan III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan pemberian tablet besi sebanyak 90 tablet pada ibu hamil di Puskesmas, artinya ibu hamil setiap hari mengkonsumsi 1 tablet besi.